Biasanya suatu langkah dalam kehidupan selalu diawali dengan pertanyaan "apa". Apa yang harus aku lakukan? Apa langkah-langkahnya? Apa untung-ruginya? Apa tujuannya? Pertanyaan "apa" begitu pentingnya hingga sebagian besar orang terjebak dalam rencana-rencana "apa".
Ya, aku pun setuju. Hidup memang diawali oleh "apa". Ketika bahasa sudah mulai mampu diucapkan oleh lidah balita-kita, hidup kita penuh pertanyaan, "Itu apa?" "Ini apa?". Bertambah dewasa pertanyaannya menjadi sedikit lebih kompleks, "Apa cita-citamu?" "Apa yang akan kamu lakukan nanti setelah lulus SMP?" "Apa pilihan peminatan kamu di SMA?" "Apa itu peminatan Matematika & Ilmu Alam? Ilmu-ilmu Sosial? Ilmu Budaya & Bahasa?" Kata tanya "apa" membuat kita mengenali dunia, tanpa kita sadari bahwa masih ada kata-kata tanya lain setelah "apa". Beranjak dewasa, ketika cita mulai tercitra, ketika andai mulai mampu tercapai, kita butuh lebih dari sekadar "apa". Ketika "apa" membuat kita mengenal dunia, apa yang membuat dunia mengenal kita? Sudahkah kamu memulai hari ini dengan "mengapa"? Mengapa "mengapa"? Memangnya apa itu "mengapa"? Setelah tahu "apa", pernahkah kita berusaha menggali lebih dalam? Pernahkah "apa-apa" itu kamu pertanyakan lagi? Maka bila "apa" adalah langkahmu, "mengapa" adalah jiwamu, semangatmu, sebuah raison d'etre, sebuah alasan untuk melangkah. Coba pertanyakan pada dirimu, apakah saat ini aku sudah tahu MENGAPA diriku berada di sini, menjalani hari-hari ini, bersusah-susah dengan setiap tugas dan kegiatan di sekolah? Apakah saat ini aku sudah tahu mengapa aku masuk SMA ini? Mengapa ketika PPDB aku tak mengikuti sistem zonasi yang telah berlaku? Atau mengapa aku masuk jurusan IPA? IPS? Bahasa? Atau lebih jauh, mengapa aku ingin menjadi orang kaya? Mengapa aku ingin kuliah ke luar negeri? Mengapa aku ingin menjadi seniman? Mengapa aku ingin menjadi pegawai negeri? Mengapa dan mengapa? Maka temukanlah mengapa-mu. Temukan jiwamu. Temukan "hidup" kamu. (-Naz)
0 Comments
|