Saya menulis ini tanggal 24 Desember 2016, sebentar lagi banyak diantara kita akan mulai berangkat ke Gereja, Rumah Keluarga, atau tempat-tempat lain untuk merayakan malam Natal, dan memulai "prosesi" akhir tahun 2016 ini. Saya rasa bukan hal yang terlalu mengada-ngada kalau saya bilang bahwa tahun 2016 ini merupakan tahun yang diwarnai oleh perpecahan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di dunia. Di Indonesia isu-isu seperti Korupsi, Perbadaan Suku, Penistaan Agama, Mayoritas/Minoritas, dst... seakan-akan menjadi bacaan sehari-hari. Bahkan di media sosial, saya pernah melihat postingan dari teman saya yang justru kaget pada saat dia membuka media sosialnya hari itu dan tidak melihat postingan yang berisikan kebencian dan perpecahan. Kadang-kadang terasa bahwa "Kristen" bukan lagi sebuah agama, tetapi sebuah label yang seakan menunjukan bahwa seseorang tidak layak dipercaya, dan tidak pantas dianggap. Hal ini tidak hanya terlihat di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain di dunia. Di Amerika Serikat, yang terjadi justru kebalikan kejadian di Indonesia, dimana "minoritas" yang mulai terpojok adalah yang beragama Islam. Di eropa, prasangka buruk mengenai penganut agama Islam terlihat di mana-mana. Di dalam sebuah dunia dimana kebencian dan perpecahan telihat dimana-mana, bisa terasa sulit untuk mengingat apa makna dari Natal. Saya yakin bahwa malam ini, di berbagai tempat di Indonesia akan ada orang yang berangkat kebaktian malam Natal dengan perasaan khawatir di hatinya seperti "Apakah ibadah akan aman?", "Apakah akan ada yang mencoba menghentikan kebaktian?", bahkan akan ada jemaat-jemaat tertentu yang tidak akan bisa melakukan ibadah karena tempat ibadah mereka belum "memiliki Ijin", atau keberadaan mereka "ditolak masyarakat". Tapi ingat, itu tidak hanya terjadi di Indonesia! Di negara lain ada orang yang ingin menjalankan sholat, tetapi tidak bisa karena dilarang oleh "masyarakat", ada wanita berhijab yang jilbabnya dilepas secara paksa karrena "bukan budaya sini". Tanpa kita sadari, pelan-pelan dunia mulai berubah dari kebersamaan menjadi dunia yang memegang konsep "Kita" melawan "Mereka", yang mulai mengatakan bahwa perbedaan merupakan hal yang buruk dan bahwa kita hanya seharusnya menghargai yang sama dengan kita. Di dunia seperti itu, dimanakah Natal? Bagaimana caranya saya harus mengajarkan kepada anak-anak saya (kandung DAN di sekolah), tentang toleransi, kebaikan, dan saling menghormati, kalau dunia yang mereka lihat setiap hari membuat mereka merasa bahwa meraka wajib memilih salah satu sisi? Pertama-tama kita mulai dengan penolakan terhadap perpecahan! Pada saat ibadah malam ini dan besok hari, jangan berdoa untuk "semua orang Kristen", tetapi berdoa untuk "SEMUA ORANG". Jangan hanya meminta Tuhan "membuka hati" orang lain, tetapi minta juga agar Tuhan "membuka hati" kita semua... Memang saat ini ada "kegelapan" di dunia.
Tetapi ingat, adanya "kegelapan" memberikan kesempatan bagi "cahaya" untuk benar-benar terlihat. Tidak ada anak yang terlahir dengan keinginan untuk membedakan atau merendahkan orang lain karena agama, suku, ras, atau hal lain... Itu sesuatu yang ia pelajari, sesuatu yang ia lihat di lingkungan di sekeliling dia dan ia mulai ikuti. Apabila seseorang anak melihat perpecahan dan kebencian maka itulah yang akan dia pelajari, tetapi apabila seorang anak melihat kasih, pengertian, dan kekeluargaan, maka itu juga yang akan dia teladani. Alkitab berkata "jadilah terang" dunia. Dari situlah kita mulai... Di saat ada perpecahan, tunjukan kekeluargaan... Di saat ada kebencian, tunjukan kasih... Di saat suara-suara disekeliling kita mengatakan bahwa seharusnya kalian saling membenci, saling menghindari, dan saling berselisih, lepaskan semua prasangka dan carilah hal-hal yang menyatukan kita, bukan hal-hal yang membedakan. Bagi saya Natal berkaitan erat dengan keluarga, dan keluarga tidak menghabiskan waktu dengan seribu satu hal yang membedakan, tetapi berpegang kepada hal yang menyatukan. Tahun 2016 ini terasa sangat panjang. Banyak sekali tantangan yang kita hadapi, sebagai seorang individu, sebagai suatu sekolah, dan sebagai suatu keluarga. Bagaimana cara kita telah melewati 2016 yang penuh dengan tantangan ini? dengan bergandeng tangan, menatap ke depan, dan menghadapi semua yang telah datang dengan kekuatan besar. Kekuatan keluarga, kekuatan kebersamaan..... Kekuatan Natal. Selamat Natal semuanya!!! Semoga Di musim Natal ini kalian semua menemukan arti Natal kalian masing-masing. Semoga musim Natal ini kalian lalui dengan ketenangan, kebahagiaan, dan kedamaian. Sampai berjumpa di tahun 2017 mendatang. Tahun yang akan kembali membawa tantangan dan cobaan. Tahun yang akan kita hadapi dan lalui. Bersama. Merry Christmas!!! God Bless you all, and God Bless Indonesia!!!!
0 Comments
|