SMA 1 PSKD
  • About
    • Principal's Note
    • Online Learning
    • Akademik
    • Rules
    • FAQs
    • Testimony >
      • Students
      • Alumni
    • Achievements
  • Pendaftaran
    • Pendaftaran Online
    • Biaya Pendidikan
    • Keringanan Biaya
  • Our Comunity
    • Activities >
      • Christmas Celebration
      • BAKSOS
      • Basketball
      • Extra-Curriculer
      • Karate
      • Retreat
      • Study Tour Melbourne
      • PMB
      • LDKS
    • Students >
      • OSIS & MPK
      • MPK
    • Blog >
      • Sudents' Blog
      • MPK Blog
      • Principal's Blog
      • Teachers Blog
    • Media PSKD
    • PSKD Schools
  • Gallery & Portfolios
    • Portfolios
    • Videos
    • Photos >
      • 2017 - 2018 >
        • 17 AGUSTUS
        • LDKS
        • Pelantikan Osis
        • Retreat
      • 2016 - 2017 >
        • 17 Agustus
        • Christmas
        • Pelantikan OSIS
        • Rapat Kerja OSIS
        • Retreat
    • Liputan Media
  • Contact Us
  • More...
    • Documents
    • Now Hiring
    • Sponsors / Suppliers
    • Our Suppliers / Partner
  • About
    • Principal's Note
    • Online Learning
    • Akademik
    • Rules
    • FAQs
    • Testimony >
      • Students
      • Alumni
    • Achievements
  • Pendaftaran
    • Pendaftaran Online
    • Biaya Pendidikan
    • Keringanan Biaya
  • Our Comunity
    • Activities >
      • Christmas Celebration
      • BAKSOS
      • Basketball
      • Extra-Curriculer
      • Karate
      • Retreat
      • Study Tour Melbourne
      • PMB
      • LDKS
    • Students >
      • OSIS & MPK
      • MPK
    • Blog >
      • Sudents' Blog
      • MPK Blog
      • Principal's Blog
      • Teachers Blog
    • Media PSKD
    • PSKD Schools
  • Gallery & Portfolios
    • Portfolios
    • Videos
    • Photos >
      • 2017 - 2018 >
        • 17 AGUSTUS
        • LDKS
        • Pelantikan Osis
        • Retreat
      • 2016 - 2017 >
        • 17 Agustus
        • Christmas
        • Pelantikan OSIS
        • Rapat Kerja OSIS
        • Retreat
    • Liputan Media
  • Contact Us
  • More...
    • Documents
    • Now Hiring
    • Sponsors / Suppliers
    • Our Suppliers / Partner

Menangis Tak Sedih, Tertawa Tak Bahagia

6/26/2021

0 Comments

 
Garam rasanya asin. Api rasanya panas. Kebijakan jalur sepeda rasanya perlu dikaji ulang. Tidak bertemu denganmu rasanya kosong tanpa arah.

Sebagai orang Indonesia, “rasa” adalah sebuah istilah yang hanya bisa “dirasakan”. Pernyataan ini absurd, tapi orang mengerti. Padahal “mengerti” adalah istilah yang lebih pas disematkan untuk hal-hal kognitif yang mana memisahkan dirinya dari hal-hal afektif (ya salah satunya rasa itu tadi).

Sikap nggak enakan adalah salah satu perwujudan dari sangat cairnya konsep rasa di Indonesia. Semua informasi yang diberikan dan diterima seolah-olah secara kodrati harus menyatu dengan rasa tertentu. Pernah ada dialog saya dengan salah satu orang tua calon murid ketika penerimaan murid baru, sebuah pertanyaan sederhana, “Apakah anak Ibu ada riwayat penyakit? Saya melihat ada gelagat yang agak aneh seperti sesak napas mau kolaps ketika tadi saya ngobrol dengannya.”

Jawabannya lumayan mengejutkan, “Maksud Bapak, anak saya penyakitan?!”

Ya, saya memparafrasakan kalimat dialognya dengan hiperbolis, namun bahwa saat itu mood dialog menjadi negatif benar-benar terjadi hanya karena ada penerimaan informasi yang salah paham.

Pernahkah menonton film kemudian menangis tersedu-sedu? Saya pernah dan saya senang dengan film itu. Lah, menangis kok senang? Lain waktu saya pernah tertawa bareng dalam produksi teater, tapi lalu menangis ketika tirai panggung ditutup usai pentas. Mengapa menangis ketika senang? Juga pernah kecelakaan ketika touring motor, sakit dan frustrasi, tapi sekarang mengingat kembali itu menjadi memori yang bikin tertawa. Kenapa bisa kontradiktif begini? Ayuk, kita coba menjelajahi alam rasa kita sejenak.

Emosi dan Perasaan

Setidaknya dalam merasa itu ada dua hal yang bekerja, ada emosi dan ada perasaan. Emosi adalah impuls/dorongan dari dalam diri yang muncul akibat adanya perubahan fisik, baik secara biologis maupun kimiawi, misalnya karena efek dari naik turunnya hormon dalam tubuh. Dopamin membuat kita merasa puas telah berjuan. Oksitosin membuat kita nyaman karena berinteraksi. Endorfin membuat kita lupa akan kesedihan. Lalu ada kortisol yang membuat kita stres dan sedih. Ada juga testosteron dan estrogen yang dikaitkan dengan perilaku gender.

Sementara perasaan adalah gejolak emosional yang telah melalui proses kognitif tertentu, alias telah disaring oleh pikiran. Artinya perasaan muncul setelah melalui waktu tertentu. Nah ini jawaban sederhana atas pertanyaan, “Mengapa sedih ketika mengingat memori menyenangkan bareng mantan pacar?” Ada proses patah hati yang menciptakan memori kognitif baru tentang emosi yang lama.

Maka emosi bersifat spontan, perasaan butuh waktu. Tidak semua orang bisa membedakan apalagi menyaring emosi dengan perasaannya. 

Remaja dan Rasa

Remaja adalah usia ketika gejolak hormon sedang tidak menentu. Testosteron yang mulai berulah pada laki-laki membuat mereka ingin tampil, terlihat kuat, ingin melindungi, dan ingin berontak, sementara pertumbuhan estrogen pada perempuan membuat mood swing yang sulit diprediksi. Sangat-sangat wajar. Ini adalah usia mereka berlatih memahami perubahan-perubahan fisik dan emosional mereka. Akibat ketidaktahuan hal mendasar, dari sini lah seringkali konflik muncul antara orang dewasa dan remaja, orang tua dengan anaknya, guru dengan muridnya.

Apalagi budaya Indonesia termasuk budaya yang cenderung memendam perasaan, karena “gak enakan.” Anak “gak enakan” dengan orang tua, sehingga kalau merasa ada yang salah memilih diam. Murid “gak enakan” dengan guru sehingga takut memberi opini dalam pembelajaran. Bawahan “gak enakan” dengan atasan karena relasi kuasa yang timpang. Akibatnya kemudian jadi semacam kewajaran kalau strata bawah harus gak enakan dengan strata atas. Yang di atas secara tidak sadar defensif dan membantah ketika ditegur atau dijawab oleh bawahan karena tidak terbiasa menerima informasi kritis.

Karena minimnya pengetahuan mengenai tahap-tahap tumbuh kembang manusia secara emosional, orang dewasa seringkali kagok menghadapi anak. Tidak jarang orang tua sudah pede dengan sifat anaknya yang baik dan penurut semasa SD, tapi kemudian bingung karena SMP-SMA sikapnya menjadi pemberontak dan banyak ulah. Lupa bahwa mereka melalui hal yang sama walau mungkin terekspresikan dengan berbeda.

Sedari kecil orang Indonesia tidak menerima keterampilan mengolah perasaannya sehingga mereka kesulitan mengolah emosi negatif yang mereka rasakan. Kabar baiknya, mengatur perasaan dan mengolah emosi adalah keterampilan yang bisa dilatih dan diasah. Ketersinggungan itu bisa diatur lho.

Melatih Rasa

Jadi bagaimana melatih emosi dan rasa itu? Ada banyak cara, pertama yang paling penting adalah kita perlu benar-benar paham atas perbedaan kedua konsep ini. Emosi mungkin hampir tidak bisa dikendalikan, namun rasa bisa sangat manageable. Seperti halnya rasa yang butuh waktu, berlatih mengolah rasa pun butuh waktu. Orang sabar bukan berarti tidak punya emosi amarah, namun orang itu telah melatih reaksi-reaksinya terhadap amarah yang dia rasakan. Orang tabah bukan berarti tidak merasa sedih, namun karena pengalaman membuatnya tidak lagi perlu menangis ketika sedih. Selanjutnya baru melalui cara apa kita melatihnya. Saya menawarkan dua cara: bermeditasi dan berkesenian.

Bermeditasi dasarnya adalah melatih fokus. Emosi adalah suatu spektrum yang abstrak. Kita tidak punya organ pengukur kadar hormon yang bisa menentukan mood kita bagaimana, apalagi hormon tidak sepenuhnya menentukan keluaran emosi. Dengan bermeditasi, kita berusaha memetakan emosi yang bergejolak di dalam, seakan-akan memasuki sebuah ruangan penuh buku dan kertas yang berserakan tanpa label, lalu mengambilnya satu-satu, membacanya, memberikan label dan catatan, lalu menaruhnya satu per satu di rak buku. Begitu seterusnya disusun dan dikategorikan sampai rapi. Maka efek dari meditasi, kita selalu punya ruang untuk membuang-buang buku-emosi yang tidak perlu, kusam, dan usang, untuk memberi ruang baru bagi emosi-emosi lain yang mungkin juga belum terlabeli. Begitu seterusnya.

Sementara itu berkesenian adalah kegiatan yang memang pada dasarnya bermain-main dengan rasa. Banyak sekali bentuk kesenian, aliran, gaya, dan metode yang membuat kita bisa memutuskan mau dikemanakan emosi-emosi ini. Pada musik rock hingga metal, emosi itu muncul pada gubahan instrumen dan vokal yang keras; pada seni lukis aliran ekspresionisme, emosi itu muncul pada guratan-guratan cat pada mediumnya; pada sandiwara, spektrum emosi itu disajikan dalam alur cerita.

Baik meditasi maupun berkesenian, keduanya sama-sama menerima emosi sebagai bagian abstrak diri kita, diolah, lalu dijadikan sesuatu. Dengan melatih ini, niscaya kita mampu membedakan mana informasi murni, mana emosi, dan mana perasaan. Masih banyak metode lain selain dua ini. Ketika hobi yang Anda lakukan mampu membuat anda merasa tenang, mungkin secara tidak sadar Anda sedang melatih mental, sehingga tidak perlu lagi kita menjadi bagian dari kaum sumbu pendek yang sepertinya makin banyak sekarang ini.

Atau ambil saran dari Rancho di film 3 Idiots, 

Rancho: Take your hand, put it over your heart and say, “Aal Izz Well.”

Farhan: “All Is Well?”

Rancho: Aal izz well. That day I understood that this heart scares easily. You have to trick it, however big the problem is. Tell your heart, ‘aal izz well, aal izz well.’

Raju: And that solves the problem?

Rancho: No. But you gain the courage to face it.


Jakarta, 24 Juni 2021
(Tulisan di atas merupakan akumulasi pengetahuan yang penulis peroleh dari bacaan dan pengalaman menahun dalam berteater, bermeditasi, psikologi, dan filsafat tanpa didukung referensi bacaan tertentu. Mungkin ada beberapa ketidakakuratan, maka studi lanjutan dan pendalaman yang lebih akademis disarankan.)
0 Comments



Leave a Reply.

    About

    Ignas Praditya

    Picture

    Archives

    July 2021
    June 2021
    April 2021
    January 2021
    October 2020
    July 2020
    June 2019
    June 2018
    December 2016
    July 2016
    May 2016
    March 2016
    December 2015
    November 2015
    July 2015
    March 2014


    Categories

    All

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.